Thursday, July 29, 2010

Candi Borobudur

Kalau Prambanan adalah kompleks Candi Hindu terbesar se-dunia, maka Borobudur adalah Candi Buddha terbesar se-dunia. Pesaing utamanya mungkin hanyalah Angkor Wat di Siem Reap, Kamboja. Candi Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Desa ini begitu hidup lantaran ada Candi Borobudur di dalamnya. Mulai dari pagi hingga sore, baik musim wisata ataupun tidak, bus-bus umum, bus wisata, mobil ataupun motor selalu memadati tempat ini. Dengan jarak 10 KM dari Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, akses menuju ke tempat ini sangat mudah dan terbuka lebar. Inilah Candi Borobudur, candi yang kerap masuk dalam daftar 7 keajaiban dunia kuno.
Walaupun satu pengelolaan dengan Prambanan (dan Ratu Boko), sama-sama di bawah www.borobudurpark.co.id, saya agak heran ketika Borobudur tidak menerapkan smart card sebagai tiket masuknya. Borobudur masih menerapkan tiket kertas sobekan sebagai tanda masuk taman ini. Asyiknya, anda nggak perlu repot-repot menyimpan bekas potongan tiket sebagai tanda keluar dari taman. Nah, selain Candi Borobudur, taman ini berisi Museum Karmawibhangga, Museum Kapal Samudraraksa, Taman Lumbini dan Resort Princess Manohara. Kalau anda punya waktu seharian, wajib sekali nich berkunjung ke museum-museum selain ke candi. Sayang, saya tiba di taman ini saat sudah terlampau sore. Candilah tujuan utama saya kali ini. Jalan masuk menuju candi mudah ditelusuri. Tanda-tanda jalan masuk menuju candi tersebar dimana-mana. Apalagi Borobudur tergolong candi yang selalu ramai dikunjungi setiap saat. Tinggal ikut rombongan orang lain saja. Gampang!
Penataan jalan masuk Candi Borobudur menyerupai Candi Prambanan. Jalan masuk panjang dengan pepohonan di kanan kiri dan taman bunga di tengah-tengah menjadi ciri khas kedua taman ini. Aneka papan informasi, himbauan dan larangan tersebar di penjuru taman. Karena merupakan situs bersejarah, maka Candi Borobudur masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO nomor 592 (lebih awal daripada Prambanan yang 642). Oleh karena merupakan warisan dunia, Borobudur dilindungi dalam bahaya perang. Oleh karena itu, beberapa larangan dibuat agar candi tetap lestari. Anda bisa menemukan beberapa larangan yang umum seperti dilarang membawa senjata tajam, peledak, tongkat, membuang sampah, mencorat-coret, memindahkan susunan batu hingga yang agak unik seperti dilarang memanjat stupa dan candi dan dilarang melukis Candi Borobudur tanpa ijin. Tentu saja, larangan dilarang merokok juga berlaku di tempat ini. Saya melihat beberapa turis, bahkan turis asing, ditegur lantaran ketahuan merokok oleh penjaga taman. Bagus pak! Teruskan perjuanganmu!
Pertama kali saya melihat Borobudur dan saya langsung terkesima saking takjubnya. Candi ini sangat besar! Maha besar! Menakjubkan melihat karya kebesaran masa lampau yang bisa menghasilkan candi seperti ini. Badan saya sampai bergetar karenanya. Entah apakah anda merasakan hal yang sama atau tidak, namun Candi Borobudur benar-benar luar biasa untuk saya. Luar biasa besar dan luar biasa indah. Relief Karmawibhangga atau perjalanan hidup manusia dalam menjalani roda kehidupan yang tiada berakhir memenuhi sekujur kaki Candi Borobudur. Candi Borobudur ini terletak di atas sebuah dataran besar yang luas. Hampir tidak ada pepohonan atau pohon besar yang menaungi candi ini di kala panas maupun hujan. Pepohonan terletak di luar area dataran besar ini. Bapak-bapak petugas berjaga-jaga di pintu masuk sebelah timur candi, memegang megafon sambil terus menerus meneriakkan seruan kepada para turis yang nakal (biasanya sich nekad memanjat candi buat bikin foto yang eksis).
Kalau anda masih ingat sejarah, Candi Borobudur adalah Candi Buddha yang dibangun oleh Raja Samaratungga. Candi yang dibangun pada abad ke 8 ini adalah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Kalau anda ingat postingan sebelumnya, disana diceritakan bahwa Dinasti yang pertama berjaya adalah Dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Dinasti Sanjaya Berjaya pada masa sesudahnya. Borobudur adalah pencapaian besar Dinasti Syailendra pada masa itu sebelum era Dinasti Sanjaya. Bentuk Candi ini dilihat dari atas adalah mandala. Candi Borobudur terdiri atas 3 tingkat, Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu yang paling atas. Kamadhatu adalah representasi kehidupan yang masih terbelenggu oleh hawa nafsu. Kamadhatu ini berada di bagian paling bawah candi dan merupakan susunan batu-batu penyusun fondasi candi. Rupadhatu berada di bagian tengah, bagian ini adalah representasi kehidupan manusia yang sudah terbebas dari hawa nafsu namun masih terikat oleh bentuk atau rupa. Sementara itu, Arupadhatu yang berada di paling atas adalah tingkatan kehidupan tertinggi dimana manusia sudah bisa membebaskan diri dari hawa nafsu dan tak terikat bentuk-bentuk lagi. Terdiri atas 8 tingkat dengan ketinggian menjulang sekitar 150 meter, Kamadhatu adalah fondasi Borobudur. 5 tingkat di atas Kamadhatu adalah Rupadhatu. Formasi di Rupadhatu berbentuk persegi dengan dinding di tepinya dimana ukiran relief memenuhi sisi dinding. 3 tingkat sisanya adalah Arupadhatu, pencapaian tertinggi dalam hidup manusia yang telah membebaskan diri dari keterikatan pada bentuk dan hawa nafsu. Pada bagian ini, alih-alih dinding, adanya justru stupa. Stupa adalah kuil agama Buddha dengan bentuk seperti bel dan banyak ditemukan di candi-candi dengan aliran agama Buddha, misalnya Candi Sewu. Formasi di Arupadhatu tidak lagi persegi melainkan lingkaran. Kalau anda amati, 16 buah stupa di tingkatan tertinggi agak berbeda dengan 24 dan 32 stupa di bawahnya. Ada artinyakah? Di tengah-tengah formasi Mandala tersebut, ada sebuah stupa inti yang berukuran besar (dan sebuah penangkal petir).

Untuk memahami keindahan Borobudur, sebenarnya ada cara yang dianjurkan, yakni pradaksina. Dalam kepercayaan agama Buddha, Pradaksina adalah mengelilingi bangunan searah jarum jam sambil memanjatkan paritta (doa-doa suci agama Buddha) sebanyak 3x. Nah, untuk anda para turis, anda bisa saja naik dari gerbang timur, lalu mulai memutari candi searah jarum jam. Ketika satu putaran telah habis dan anda kembali lagi ke pintu timur, naiklah satu tingkat dan lakukan putaran yang sama sehingga relief candi selalu berada di sebelah kanan anda. Ini adalah cara yang paling disarankan untuk mengapresiasi keindahan Candi Borobudur. Putaran 3x bisa dilakukan untuk setiap level candi. Pradaksina ini rutin dilakukan pada saat Hari Raya Trisuci Waisak.
Banyak mitos serta kepercayaan yang terdapat di Candi Borobudur ini. Salah satunya yang paling populer adalah memegang arca Dhyani Buddha yang berada di dalam stupa. Banyak orang percaya, apabila kita sanggup menyentuh arca yang terdapat di dalam stupa sambil memohon keinginan (dengan menyelipkan tangan kita masuk ke dalam lubang-lubang stupa), maka keinginan tersebut akan terkabul. Sayangnya, ini tidak terbukti benar dan satu yang pasti, perilaku ini justru berpotensi merusak stupa, arca atau candi.
Entah anda percaya atau tidak, candi yang dibangun pada abad ke 8 ini sempat ditelantarkan pada abad ke 11. Candi ini pertama kali ditemukan kembali pada abad ke 19 oleh Sir Thomas Stamford Raffles dalam kondisi mengenaskan. Tertutup timbunan bebatuan dan tanaman semak belukar adalah kondisi Borobudur pada saat ditemukan. Pemerintah Hindia Belanda yang kala itu mengeksplorasi Pulau Jawa memang mendapatkan laporan ada gundukan batu besar di wilayah Kedu, dekat Magelang. Pemerintah Hindia Belanda pun menginstruksikan untuk membongkar batu-batuan tersebut dan ternyata ada candi tertimbun di bawah bebatuan tersebut. Saat ditemukan, candi dalam kondisi mengenaskan, rusak parah, berantakan, banyak batu-batu penyusunnya hilang dan terlepas. Penimbunan candi lumrah dilakukan pada masa itu untuk menghindari perusakan oleh kerajaan lain yang tidak sealiran. Namun faktanya, dari telaah sejarah dan prasasti yang ditemukan, penyebab terkuburnya Borobudur adalah letusan dashyat Gunung Merapi pada masa itu dan tumbuh suburnya hutan Jawa, bukan sengaja ditimbun. Walau demikian, ada beberapa teori yang menyebutkan terbengkalainya Borobudur disebabkan oleh pindahnya pusat Kerajaan Medang ke Jawa Timur dan Kerajaan Islam yang mulai tumbuh berkembang di Tanah Jawa Pada abad ke 15. Mana yang benar-benar tepat, belum diketahui hingga kini. Setelah ditemukan, restorasi pun mulai dilakukan, bertahap mulai dari Pemerintah Hindia Belanda, hingga Pemerintah Republik Indonesia. Kini, Borobudur yang sudah berdiri tegak ini memang sudah indah walaupun jauh dari sempurna. Restorasi sebagian besar telah mengembalikan bentuk candi ini ke asalnya. Namun, banyak sekali komponen bebatuan hingga kepada Dhyani Buddha yang hilang dan tidak ditemukan. Nggak usah heran, anda akan menemukan banyak sekali arca Dhyani Buddha dalam posisi bersemedi namun tidak memiliki kepala.
Borobudur memang diharapkan bisa terus berdiri hingga 1000 tahun lagi lamanya. Namun, berdiri di dataran terbuka dan dikunjungi oleh ribuan orang setiap harinya membuat Candi Borobudur sangat rentan. Tadi saya sudah sempat menyinggung soal anak-anak muda yang ingin membuat foto yang ‘eksis’ dan untuk itu mereka nekad memanjat dinding stupa. Kalau nggak dipegang atau disentuh mungkin belum puas kali yach? Sampah pun terlihat memenuhi beberapa sudut candi ini. Kotor. Oleh karena tersiram hujan dan sengatan matahari setiap harinya, fisik candi memang berubah. Lumut, tanah tampak tumbuh dan memenuhi sudut atau sela-sela bebatuan di candi. Menyedihkan.
Sebagai generasi penerus yang bisa menikmati keindahan Borobudur, hendaknya kita lebih arif menyikapi dan memperlakukan candi ini. Nggak usah pegang-pegang! Foto dengan latar belakang Borobudur pun sudah cukup menunjukkan dimana anda berada koq. Anda nggak mau kan, kalau suatu saat nanti Borobudur sudah tidak bisa dimasuki lantaran rapuh dan rawan? Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama untuk tetap melindungi dan tidak semena-mena terhadap candi ini. Dengan hanya membayar Rp. 17.500, anda sangat tidak berhak berbuat semena-mena, iseng, vandalisme, apalagi merusak candi ini.
Dalam peningkatan apresiasi terhadap candi ini, per tahun 2010 ini Pemerintah Daerah mulai menerapkan aturan baru (walaupun tidak sepenuhnya terlaksana). Untuk mensejajarkan posisi Borobudur sebagai tempat-tempat suci di Indonesia, terutama Bali, bagi pengunjung yang berpakaian kurang layak akan dilarang untuk memasuki kompleks candi. Nah, wisatawan yang berpakaian kurang layak ini tidak semata-mata dilarang begitu saja. Pemda dan pengelola akan menyediakan kain sarung batik dan ikat pinggang dari kain untuk menutupi area paha hingga ke betis guna memasuki kompleks candi ini. Ini tentu bertujuan untuk peningkatan apresiasi terhadap keagungan candi ini. Oh, fasilitas ini gratis dan anda harus mengembalikan kain batik tersebut di pintu keluar, bukan untuk dibawa pulang. Sayangnya, entah pengawasannya lemah atau bagaimana, saya tidak ditawarkan kain batik ini walaupun saya mengenakan celana ¾. Apa celana ini tidak masuk Kriteria yach? Oleh karena ukuran dan bentuknya, banyak orang-orang di seluruh dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat wajib kunjung setidaknya sekali seumur hidup, sebelum meninggal. Jadi, sudahkah anda mengunjungi Borobudur, Candi Buddha terbesar di dunia yang menjadi kebanggan Indonesia ini?


sumber : http://lomardasika.blogspot.com/2010/07/ini-candi-borobudur-candi-terbesar-di.html

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...