Kepada Rakyat Merdeka Online, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandrio menjelaskan, lahar Merapi tersebut dipicu akibat tingginya curah hujan sehingga melongsorkan pijar dan endapan material vulkanik.
"Hujan air biasa ini yang mengkuatirkan bila intensitasnya cukup lama berlangsung. misalnya dalam waktu dua jam. Ini bisa memicu lahar mengingat jumlah material hasil erupsi yang bervolume besar. Tapi kemungkinannya kecil," ujarnya, sesaat lalu (Rabu, 27/10).
Dari perkembangan data BPPTK Yogja hingga petang ini, juga belum bisa memastikan kapan magma Merapi itu sendiri akan muncul. Erupsi (letusan), sebut dia, bisa berlangsung panjang.
"Jadi kemarin yang keluar baru gas, debu, dan abunya," tambah dia.
Meski demikian, lanjut Subandrio, hasil pemantauan sementara pihaknya memperlihatkan Merapi dalam kondisi reda. Karena itu, warga diharapkan tetap tenang dan tidak usah percaya pada isu-isu yang disampaikan lewat pesan pendek.
"Tidak mungkin atau kecil sekali kemungkinan lagi terjadi letusan seperti kemarin malam," terang Subandrio.
sumber : http://www.rakyatmerdeka.co.id/news.php?id=7809
No comments:
Post a Comment