Saturday, August 21, 2010

Gunung Kawi


Mitos bahwa Pesarean Gunung Kawi berhubungan dengan kekayaan bukan sekadar isapan jempol belaka. Selain sekadar tetirah di Gunung Kawi, para pengunjung juga punya tujuan memakmurkan hidup. Kebanyakan mengaku datang kembali ketika keinginan dan harapan sudah tercapai. Bagimana kisahnya?
Haul Eyang RM Iman Soedjono setiap tanggal 12 Sura yang diperingati siang kemarin, menjadi agenda besar bagi para peziarah Gunung Kawi.
Namun, haul bukanlah satu-satunya agenda kunjungan ke wisata ritual yang terlanjur populer hingga daratan Cina tersebut. Pada hari-hari tertentu, pengunjung juga berdatangan demi satu asa, meraih kemakmuran dan kesejahteraan.

Gunung Kawi bukanlah sekadar magnet bagi para pengunjung etnis Jawa saja. Tapi berbagai suku bangsa termasuk etnis Tionghoa berduyun mencari berkah sembari menepi. Konon, berbagai inspirasi usaha bisa datang saat menepikan batin di Pesarean Gunung Kawi.
‘’Hanya tinggal bagaimana kemampuan menerjemahkan wisik atau inspirasi yang datang saat berdiam disini,’’ ungkap Eko Prasetyo salah satu warga Gunung Kawi kepada Malang Post.
Tak sedikit cerita sukses dari pengunjung yang pernah datang ke Gunung Kawi. Simak saja suksesnya bisnis pendiri pabrik rokok Bentoel, atau cerita kemakmuran Liem Sie Liong yang notabene pendiri grup Salim. Terlepas dari ketrampilan bisnis dua pengusaha itu, yang jelas mereka pernah datang ke Gunung Kawi.
‘’Alhamdulillah bisnis saya yakni konter pulsa dan ponsel, toko peracangan makin lancar sejak datang kesini,’’ aku Siti Aminah (44 tahun) warga Desa Tumapel Dlanggu Mojokerto.
Siti Aminah adalah pengunjung tetap Pesarean Gunung Kawi sejak 2,5 tahun yang lalu. Karena bisnisnya makin lancar, wanita berjilbab itu mengaku datang ke Gunung Kawi setiap malam Jumat Legi. Berbagai kegiatan spiritual dia lakukan di areal Pesarean.
‘’Tahlil dan salat malam, saya juga memutari gedung makam ini dengan putaran ganjil biasanya 13. Saat memutari makam selalu berhenti di tiap pintu (5 pintu) untuk berdoa,’’ ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Jain (56 tahun) asal Kota Jombang. Pemilik studio foto itu mengaku datang ke pesarean sejak tahun 1990. Atas itu pula, bisnis yang dia lakoni yakni studio foto juga lancar. ‘’Saya kesini untuk mencari barokah, alhamdulillah rejeki lancar,’’ katanya.
Keseriusan Jain bermujanat di Gunung Kawi tampak dari waktu yang dia luangkan. Pria ramah itu mengaku selalu menginap di Gunung Kawi dengan menggelar tikar di Klenteng. Dia cukup membayar Rp 10 ribu per malam untuk mendapat sewaan tiket, selimut dan bantal.
‘’Kalau mau lebih sederhana, ya hanya bayar Rp 5.000 semalam, dapat tikar dan bantal saja,’’ imbuhnya.
Yang paling menarik adalah bejibunnya pengunjung di bawah pohon Dewandaru. Puluhan duduk dibawah pohon itu dengan harapan bisa mendapatkan keinginannya. Konon saat kepala pengunjung kejatuhan daun Dewandaru maka saat harapan dan keinginannya bisa terwujud. Benarkah demikian? Tergantung kepercayaan masing-masing. (bagus ary wicaksana/malangpost)



sumber : http://malangraya.web.id/2009/01/11/di-balik-wisata-ritual-pesarean-gunung-kawi/

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...