Saturday, August 21, 2010

Gua Gong

























[navigasi.net] Gua - Gong
Sambungan stalaktit dan stalakmit yang yercipta dalam waktu ratusan tahun


Ketika mendekati Gua Gong, yang terlihat di kanan kiri jalan adalah bukit-bukit karst yang tandus. Justru karena ketandusannya tersebut, memberikan nuansa yang berbeda, karena tak disangka di salah satu pegunungan karst tersebut tersimpan sebuah mutiara keindahan yang tercipta melalui stalaktit dan stalakmit selama ratusan tahun. Walaupun tandus, menempuh perjalanan ke Gua Gong lewat Wonosari sungguh mengasikkan. Jalannya yang berkelok-kelok, naik turun membuat pikiran menjadi segar. Namun mendekati lokasi gua, jalanan yang kita lalui menyempit, terkadang naik sangat tajam dan turun secara tajam sehingga seakan-akan jalanannya seperti hilang. Untuk itu kita harus sangat berhati-hati terutama jika berpapasan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan.
Hanya memakan waktu kurang lebih empat puluh lima menit dari Wonosari untuk menuju Gua Gong. Jalannya lebar dan mulus, hanya beberapa kilometer menjelang gua saja yang jalannya menyempit. Waktu kami tiba di sana jarum jam masih menunjukkan pukul 06.30 pagi, suasana masih sepi dan ternyata gerbang gua masih ditutup. Kami sempatkan mampir di warung yang terletak di depan gua sebentar sembari menunggu dibukanya gerbang gua. Pemilik warung mengatakan, “ kalau petugas akan membuka gua pukul 07.00 pagi”.
Gua yang terletak di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan ini merupakan gua yang terindah dan terdalam diantara gugusan gua-gua yang terletak di disekitarnya. Karena masih ada beberapa gua lain yang letaknya tidak terlalu jauh dari Gua Gong, seperti Gua Tabuhan dan Gua Putri. Karena keindahannya tersebut, pihak pengelola pun secara serius menggarap wisata ini dengan baik. Walaupun terletak disalah satu puncak bukit karst yang terjal, pengelola menyediakan lokasi parkir mobil yang lumayan luas, kurang lebih bisa menampung dua puluh kendaraan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi membludaknya pengunjung di hari-hari libur.







[navigasi.net] Gua - Gong
Shelter gua gong


Para pemandu yang berseragam juga telah disiapkan untuk menemani para tamu. Ketika kami menuju tangga masuk ke gua, Pak Rubadi (40) siap menemani kami selama perjalanan di dalam gua. Sebelum memasuki gua, Pak Rubadi bercerita sedikit tentang asal-usul Gua Gong.
“Alkisah waktu itu, Dusun Pule mengalami kemarau yang panjang, sehingga sulit untuk mencari air minum dan air untuk berbagai keperluan sehari-hari. Maka Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyo mencoba mencari air ke dalam gua yang dianggapnya terlalu jauh dari rumah penduduk kurang lebih 400 meter. Dengan menggunakan alat penerangan tradisional berupa obor (daun kelapa kering yang diikat) hingga menghabiskan tujuh ikat, kedua kakek tersebut berhasil menelusuri lorong-lorong gua hingga menemukan beberapa sendang dan mandi di dalamnya. Peristiwa tersebut terhitung 65 tahun yang lalu yang dihitung mundur dari tahun 1995.
Atas penemuan tersebut, pencarian berikutnya pun dilakukan, tepatnya pada hari Minggu Pon tanggal 5 Maret 1995, berangkatlah sejumlah rombongan yang berjumlah delapan orang untuk mengeksplore lebih jauh tentang keberadaan gua tersebut. Singkat cerita akhirnya rombongan tersebut berhasil menyusuri gua yang keindahannya bisa dirasakan sampai sekarang”
.
Penamaan gua Gong sendiri bertalian erat dengan salah satu nama perangkat gamelan Jawa. Konon pada saat-saat tertentu, di gunung yang ada guanya tersebut sering terdengar bunyi-bunyian seperti gamelan jawa, pertunjukan reog, terbang-an bahkan sering terdengar orang menangis yang memilukan. Karena itu masyarakat sekitar menamakan gua tersebut menjadi Gua Gong.
Karena itu sebelum masuk ke gua harus diperhatikan tata tertib masuk gua, diantaranya: berbicara sopan, saling menghormati, berjalan melalui jalur yang sudah ditentukan, setiap rombongan harus didampingi oleh pemandu. Begitupun untuk syuting komersial juga tidak diperbolehkan kecuali syuting dokumenter, itupun harus melakukan proses perijinan terlebih dahulu.







[navigasi.net] Gua - Gong
Pintu masuk gua gong


Setelah membaca tata tertib tersebut, barulah kami memasuki gua bersama pak Rubadi. Pertama memasuki gua, kami langsung takjub dengan warna dinding-dinding gua yang terlihat kuning keemasan. Tak lama kemudian kami mendengar bunyi gemuruh, ternyata kipas angin besar yang sengaja diletakkan di beberapa sisi gua untuk mengurangi rasa panas di dalam gua, jika pengunjung membludak. Kemudian kami memasuki ruang pertama, yaitu ruang Sendang Bidadari. Dalam ruangan ini terdapat sendang kecil dengan air yang dingin dan bersih. Di sebelahnya adalah ruang Bidadari, dimana menurut cerita diruangan kadang melintas bayangan seorang wanita yang cantik.
Ruang tiga dan empat adalah ruang kristal dan marmer, dimana dalam ruangan tersebut tersimpan batu kristal dan marmer di sisi-sisi atas dan samping gua dengan kualitas yang hampir sempurna. Memasuki ruang lima, adalah ruangan yang sedikit lapang. Di tempat ini pernah dijadikan konser musik empat negara, yaitu; Indonesia, Swiss, Inggris dan Perancis dalam kerangka mempromosikan keberadaan Gua Gong ke mancanegara.Ruang enam adalah ruang pertapaan dan terakhir ruang tujuh adalah batu gong. Adalah batu-batu yang apabila kita tabuh akan mengeluarkan suara seperti gong.
Kurang lebih satu jam lamanya kami berada di dalam gua, walaupun sudah dipasang kipas angin, tetap saja masih terasa panas kalau berlama-lama d dalam gua. Luar biasa memang fenomena alam yang menciptakan gua ini, hampir seluruh isi gua mengandung makna dan legenda dan secara fisik pun terlihat mengagumkan. Selain itu, jika anda berkunjung ke Gua Gong, anda dapat berkunjung ke tempat wisata lain yang berdekatan. Yaitu : Gua Tabuhan Gua Putri, Pantai Klayar, Pantai Teleng Ria, Pantai Watu Karang dan Pemandaian Air Hangat Arjosari.

sumber : http://navigasi.net/goart.php?a=gugong__

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...