Saturday, September 4, 2010

Takbiran

Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-AtsariAllah Ta’ala berfirman : “ Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yg diberikan kepada kalian mudah- mudahan kalian mau bersyukur .Telah terdapat riwayat “Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah keluar pada hari raya Idhul Fithri beliau bertakbir ketika mendatangi mushalla sampai selesainya shalat apabila shalat telah selesai maka beliau menghentikan takbirnya.” {Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf al Muhamili dalam Shalatul ‘Idain dgn sanad sahih tetapi mursal. Riwayat tersebut memiliki syahid/penguat yg menguatkan riwayat tersebut. Lihat Silsilah al Ahadits ash Shohihah . Takbir pada Idul Fithri dimulai pada waktu keluar menunaikan shalat Id).Berkata Al-Muhaddits Syaikh Al Albani : Dalam hadits ini ada dalil disyari’atkannya melakukan takbir dgn suara jahr di jalanan ketika menuju mushalla sebagaimana yg biasa dilakukan kaum muslimin. Meskipun banyak dari mereka mulai menganggap remeh sunnah ini hingga hampir-hampir sunnah ini sekedar menjadi berita.Termasuk yg baik utk disebutkan dalam kesempatan ini adl bahwa mengeraskan takbir disini tidak disyari’atkan berkumpul atas satu suara {menyuarakan takbir secara serempak dengan dipimpin seseorang -pent} sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang. Demikian pula tiap dzikir yg disyariatkan utk mengeraskan suara ketika membacanya atau tidak disyariatkan mengeraskan suara maka tidak dibenarkan berkumpul atas satu suara seperti yg telah disebutkan . Hendaknya kita hati-hati dari perbuatan tersebut(1) dan hendaklah kita selalu meletakkan di hadapan mata kita bahwa sebaik-baik petunjuk adl petunjuknya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya tentang waktu takbir pada dua hari raya {Kapan kaum musliminb diperintahkan takbir di kedua hari raya – pent} maka beliau rahimahullah menjawab : Segala puji bagi Allah pendapat yg paling benar tentang takbir ini yg jumhur salaf dan para ahli fiqih dari kalangan sahabat serta imam berpegang dengannya adl : Hendaklah takbir dilakukan mulai dari waktu fajar hari Arafah sampai akhir hari Tasyriq { tanggal 111213 Dzulhijjah} dilakukan tiap selesai mengerjakan shalat dan disyariatkan bagi tiap orang utk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika keluar utk shalat Id. Ini merupakan kesepakatan para imam yg empat . (Majmu Al -Fatawa 24/220 dan lihat ‘Subulus Salam’ 2/71-72)Ibnu Umar dahulu apabila pergi keluar pada hari raya Idhul Fithri dan Idhul Adha beliau mengeraskan ucapan takbirnya sampai ke mushalla kemudian bertakbir sampai imam datang.
{HR Ad Daraquthni dan Ibnu Abi Syaibah dan selain mereka dgn sanad yg shahih. Lihat Irwa ‘ul Ghalil 650}.Aku katakan : Ucapan beliau rahimahullah : ‘ setelah selesai shalat’ -secara khusus tidaklah dilandasi dalil. Yang benar takbir dilakukan pada tiap waktu tanpa pengkhususan.
Yang menunjukkan demikian adl ucapan Imam Bukhari dalam kitab ‘Iedain dari Shahih Bukhari 2/416 : Bab Takbir pada hari-hari Mina dan pada keesokan paginya menuju Arafah .Umar Radliallahu ‘anhu pernah bertakbir di kubahnya di Mina. Maka orang-orang yg berada di masjid mendengarnya lalu mereka bertakbir dan bertakbir pula orang-orang yg berada di pasar hingga kota Mina gemuruh dgn suara takbir.Ibnu Umar pernah bertakbir di Mina pada hari-hari itu dan setelah shalat di tempat tidurnya di kemah di majlis dan di tempat berjalannya pada hari-hari itu seluruhnya.Maimunnah pernah bertakbir pada hari kurban dan para wanita bertakbir di belakang Aban bin Utsman dan Umar bin Abdul Aziz pada malam-malam hari Tasyriq bersama kaum pria di masjid .Pada pagi hari Idul Fitri dan Idul Adha Ibnu Umar mengeraskan takbir hingga ia tiba di mushalla kemudian ia tetap bertakbir hingga datang imam. (Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni Ibnu Abi Syaibah dan selainnya dgn isnad yg shahih. Lihat Irwaul Ghalil’ 650)Sepanjang yg aku ketahui tidak ada hadits nabawi yg shahih tentang tata cara takbir. Yang ada hanyalah tata cara takbir yg di riwayatkan dari sebagian sahabat semoga Allah meridlai mereka semuanya.Seperti Ibnu Mas’ud ia mengucapkan takbir dgn lafadh : Allahu Akbar Allahu Akbar Laa ilaha illallaha wa Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillahil hamdu. : “ Allah Maha Besar Allah Maha Besar Tidak ada sesembahan yg benar kecuali Allah Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan utk Allah segala pujian . (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/168 dgn isnad yg shahih)Sedangkan Ibnu Abbas bertakbir dgn lafadh : Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillahil hamdu Allahu Akbar wa Ajallu Allahu Akbar ‘alaa maa hadanaa. : “ Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan bagi Allah lah segala pujian Allah Maha Besar dan Maha Mulia Allah Maha Besar atas petunjuk yg diberikannya pada kita . (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi 3/315 dan sanadnya shahih)Abdurrazzaq -dan dari jalannya Al-Baihaqi dalam As Sunanul Kubra - meriwayatkan dengan sanad yg shahih dari Salman Al- Khair Radliallahu anhu ia berkata : : “ Agungkanlah Allah dgn mengucapkan : Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar kabira .Banyak orang awam yg menyelisihi dzikir yg diriwayatkan dari salaf ini dgn dzikir-dzikir lain dan dgn tambahan yg dibuat-buat tanpa ada asalnya. Sehingga Al-Hafidh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam Fathul Bari : Pada masa ini telah diada-adakan suatu tambahan dalam dzikir itu yg sebenarnya tidak ada asalnya .Footnote :. Yang lbh tragis lagi pelaksanaan takbir utk hari raya Iedhul Fithri khususnya sebagian kaum muslimin di negeri-negerinya melakukan dgn cara-cara yg jauh dari sunnah seperti yang disebutkan di atas dan yg lbh fatal sebagian mereka mengadakan acara takbiran – menurut anggapan mereka – pada malam hari Lebaran sudah mengumandangkan kalimat takbir bahkan dgn cara-cara yg penuh dgn kemaksiatan musik bercampurnya laki-laki dan wanita serta berjoget-joget dan kemungkaran lainnya – yg sudah dianggap bagian dari syiar Islam. Bahkan mereka menganggap hal itu sunnah dan kewajiban yg harus dilakukan dgn cara yg demikian. Laa haula walaa quwwata illa billah – pent.{Dinukil dari Ahkaamu Al’ Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari dan Syaikh Salim Al Hilali edisi Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya terbitan Maktabah Salafy Press penerjemah ustadz Hannan Husein Bahannan}


sumber : http://blog.re.or.id/tuntunan-para-salaf-dalam-bertakbir-disaat-hari-raya-fiqih.htm

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...